Umumnya pupuk terbagi menjadi pupuk organik dan anorganik jika didasarkan pada bahan penyusunnya. Kedua pupuk ini memiliki kelebihan masing-masing yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Tidak heran jika kedua ini banyak digunakan untuk pemenuhan nutrisi tanaman.
Namun karena memiliki kandungan yang berbeda, maka penggunaan jenis pupuk ini harus diputuskan sebijak mungkin. Pasalnya, terdapat beberapa jenis tanaman yang akan rusak jika diberikan kandungan yang bersifat racun untuknya.
Contohnya saja, memberikan pupuk KCL pada tanaman kentang atau wortel adalah pilihan yang kurang bijak. Sebab, kentang serta wortel termasuk tanaman yang tidak toleran dengan kandungan klorida yang dimiliki oleh pupuk KCL.
Untuk bisa menentukan pupuk yang paling cocok dengan tanaman, Anda setidaknya perlu mengetahui informasi dasar terkait pupuk organik anorganik. Jangan khawatir karena berikut ini akan dijelaskan perbedaan hingga kandungan yang ada pada pupuk organik dan pupuk anorganik!
Perbedaan Pupuk Organik dan Anorganik
Berdasar bahan dasar penyusunnya, pupuk dibagi menjadi organik dan anorganik. Sesuai dengan namanya, pupuk organik terbuat dari bahan organik. Sementara penyusun pupuk anorganik adalah bahan kimia.
Untuk mengetahui lebih detail tentang kedua jenis pupuk ini, simak poin-poin berikut:
1. Pupuk Organik
Bahan umum penyusun pupuk organik biasanya berupa kotoran hewan, sisa sayuran, fosil, urine hewan, hingga tumbuhan yang membusuk. Berbagai material organik tersebut akan diolah sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan pupuk yang bisa memperkaya unsur hara pada tanah.
Pupuk organik biasanya digunakan untuk memberikan nutrisi secara lengkap pada media tanah. Tidak seperti pupuk kimia yang hanya mengandung beberapa bahan tertentu, pupuk organik memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap.
Karena itulah pupuk ini mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, hingga biologis tanah. Manfaat pupuk organik di samping itu juga bisa membawa dampak baik untuk cacing, jamur, hingga bakteri yang memiliki pengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Kekurangan pupuk organik terletak pada prosesnya yang terbilang cukup lama. Artinya, Anda membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama untuk bisa merasakan manfaat dari pemupukan organik terhadap tanaman yang dirawat.
2. Pupuk Anorganik
Berkebalikan dengan poin sebelumnya, pupuk anorganik tersusun dari berbagai senyawa kimia. Tentu bahan-bahan ini sudah diatur sedemikian rupa untuk bisa memenuhi nutrisi yang diperlukan tanah dan tanaman.
Karena terbentuk dari susunan beberapa senyawa kimia, tidak heran jika ada banyak sekali jenis pupuk kimia yang beredar. Inilah yang menjadi pembeda pupuk organik dan anorganik. Anda bisa langsung memilih varian pupuk anorganik sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan tanaman.
Ada pupuk yang khusus digunakan melebatkan buah, merangsang pembungaan, hingga membuat tanaman tahan penyakit. Proses yang diberikannya juga terbilang cukup cepat jika dibandingkan penggunaan pupuk kimia.
Kekurangan pupuk anorganik terletak pada bahan kimianya yang bisa saja bahaya untuk hasil panen ataupun lingkungan. Pupuk kimia juga tidak bisa memperbaiki semua sifat tanah karena hanya dapat memenuhi beberapa unsur tanah seperti N, P, K, dan sebagainya.
Penggunaan pupuk anorganik juga tidak membawa dampak yang baik untuk organisme renik di dalam tanah seperti pupuk organik.
Jenis serta Kandungan Pupuk Organik dan Anorganik
Pupuk organik serta pupuk anorganik hadir dengan berbagai jenis yang disesuaikan dengan bahan penyusunnya. Pemilahan jenis ini dilakukan untuk memudahkan para petani dalam memilih pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Apakah tanaman tersebut memerlukan zat penguat batang, zat perangsang bunga, atau zat yang dapat mempercepat pertumbuhan akar. Semua bisa didapatkan berdasar jenis serta kandungan yang dimiliki oleh pupuk tertentu. Dengan begitu, kekurangan yang ada pada tanaman bisa diperbaiki.
Dalam hal ini, tentu Anda harus mengetahui berbagai kandungan serta jenis-jenis pupuk organik dan anorganik sebagai berikut ini!
1. Jenis-Jenis Pupuk Organik
Jenis-jenis pupuk organik didasarkan dari bahan penyusun utamanya. Inilah berbagai jenis pupuk organik yang biasa digunakan di bidang pertanian:
a. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan jenis pupuk organik yang banyak digunakan karena terbukti efektif menyuburkan tanah serta tanaman. Ini tidak terlepas dari berbagai nutrisi makro dan mikro seperti nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, magnesium, hingga natrium yang dimilikinya.
Bahan dasar penyusunnya sendiri berasal dari kotoran atau urine hewan ternak ataupun unggas. Berdasar suhu, pupuk kandang terbagi menjadi pupuk dingin serta pupuk panas.
b. Pupuk Hijau
Bahan dasar penyusun pupuk hijau terdiri dari berbagai tanaman hijau. Umumnya, bahan yang sering digunakan yaitu sisa panen hingga tanaman liar seperti alang-alang dan sebagainya. Jenis ini biasanya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas media tanam tumbuhan.
c. Pupuk Kompos
Jenis pupuk ini terbuat dari sisa bahan organik meliputi hewan, tumbuhan, serta limbah organik yang didekomposisi.
2. Jenis-Jenis Pupuk Anorganik
Berbagai jenis pupuk yang akan disebutkan di bawah menggambarkan perbedaan besar antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pasalnya bahan penyusun antara keduanya sangat bertolak belakang. Sebagaimana yang diketahui, pupuk anorganik tersusun dari berbagai kandungan kimia.
Inilah berbagai jenis anorganik yang biasa digunakan di bidang pertanian:
a. Pupuk Anorganik Hara Makro Primer
Jenis pupuk anorganik satu ini terdiri dari berbagai kandungan unsur hara utama seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Pupuk dengan kandungan ini umumnya digunakan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
Beberapa contohnya meliputi NPK, Urea, ZA, PK, SP36, NK, KCL, serta Phospat Alam.
b. Pupuk Anorganik Hara Makro Sekunder
Sesuai dengan namanya, jenis pupuk ini tersusun dari berbagai unsur hara makro sekunder seperti Ca, S, dan Mg. Ketiga kandungan ini sangat baik untuk membantu pertumbuhan pada tanaman. Contoh pupuk jenis ini yang banyak digunakan yaitu Kiserit dan Dolomit.
c. Pupuk Anorganik Hara Makro Campuran
Pupuk Hara Makro Campuran memiliki kandungan campuran dari Hara Makro Primer dan Sekunder. Artinya, dalam pupuk ini bisa terkandung unsur campuran antara N, P, K, serta Zn, B, Cu, dan Mn. Pupuk ini tersedia dalam bentuk padat serta cair di pasaran.
d. Pupuk Anorganik Hara Mikro
Kali ini terdapat jenis pupuk anorganik yang tersusun dari kandungan utama berupa unsur hara B. Jenis pupuk ini dikatakan sebagai salah satu produk unggulan anorganik.
Kesimpulan
Dari penjelasan lengkap bisa disimpulkan bahwa perbedaan pupuk anorganik dan organik terletak pada bahan penyusunnya. Penyusun pupuk organik adalah material alami seperti kotoran hewan, sisa sayuran, hingga limbah organik.
Sementara penyusun pupuk anorganik adalah senyawa kandungan kimia seperti nitrogen, kalium, fosfor, dan lain sebagainya. Pupuk organik cenderung aman untuk hasil panen serta lingkungan sekitar seperti sifat tanah hingga organisme yang hidup dalam tanah.
Namun proses yang diperlukan pupuk organik pada perkembangan tanaman membutuhkan waktu yang cukup lama dibanding penggunaan pupuk anorganik. Sebaliknya, meski pupuk anorganik memberikan proses yang lebih cepat, penggunaannya dikatakan tidak ramah lingkungan.
Itulah berbagai perbedaan serta keunggulan dan kelemahan dari pupuk organik dan anorganik. PIlihlah jenis pupuk yang paling sesuai dengan kebutuhan tanaman serta media tanam.
Baca Juga: 7 Manfaat Pertanian Organik Bagi Lingkungan dan Masyarakat