Pupuk merupakan bahan yang mengandung berbagai jenis unsur hara yang menunjang pertumbuhan tanaman. Pupuk dapat dibuat sendiri maupun dibeli di pasaran dalam bentuk organik dan anorganik. Nah, pupuk anorganik adalah pupuk yang paling banyak diperjualbelikan dan lebih praktis.

Secara umum, tanaman membutuhkan 13 jenis unsur hara makro, mikro, serta 5 unsur hara fungsional atau non-esensial. Unsur hara mikro dan makro dibutuhkan tanaman untuk proses metabolisme yang sempurna, sedangkan unsur hara non esensial berfungsi mengganti peran unsur hara esensial.

Oleh karena itu, penggunaan pupuk dapat melengkapi semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Setiap jenis pupuk memiliki kelebihan, kekurangan, dan aturan pemakaian tersendiri. Lalu, bagaimana dengan pupuk anorganik? Apa saja jenis-jenis dan dan manfaatnya?

Yuk, baca penjelasan terkait pupuk tersebut dalam uraian berikut.

Pupuk Anorganik Adalah..

Pupuk Anorganik Adalah Pupuk Kimia

Pupuk anorganik merupakan pupuk yang terbuat dari berbagai campuran bahan kimia dan diproduksi oleh pabrik-pabrik tertentu. Sama halnya dengan pupuk organik, pupuk ini juga mengandung unsur hara yang seimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Umumnya, pupuk anorganik lebih murni dari pupuk organik karena kandungan setiap bahannya dapat dikalkulasi. Dari segi pengaplikasian, pupuk ini tergolong lebih praktis karena sengaja dibuat agar mudah larut dalam air. Hal inilah yang membuat banyak orang lebih memilih pupuk anorganik.

Saat pengaplikasian pupuk, nutrisinya akan langsung larut ke dalam tanah dan diserap oleh tanaman. Jadi, tidak melalui proses pelapukan terlebih dahulu layaknya pupuk organik. Pupuk anorganik memiliki 3 senyawa utama, yaitu Nitrogen (N), Kalium (K), dan Fosfor (P).

Setiap senyawa serta persentase kandungannya akan tertera di kemasan pupuk sehingga mudah untuk diketahui oleh pembeli. Anda juga tidak perlu bingung tentang cara penggunaannya karena pupuk ini juga akan dilengkapi dengan petunjuk yang tertulis jelas di kemasan.

Baca Juga: Cara Membuat Pupuk Phonska Cair Sendiri dengan Benar

Keunggulan Pupuk Anorganik

Keunggulan Pupuk Anorganik

Setiap petani dapat memilih untuk menggunakan jenis pupuk sesuai keinginan dan kebutuhan tanamannya. Bagi Anda yang memilih pupuk anorganik, sebaiknya memahami keunggulan apa saja yang dimilikinya jika dibandingkan dengan pupuk jenis lain seperti berikut ini.

1. Kandungan Unsur Hara Jelas

Kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik sudah jelas. Hal ini disebabkan karena setiap unsur yang dicampurkan sudah dikalkulasi terlebih dahulu sehingga hasil pencampurannya pun sudah diketahui. Misalnya, tanaman pada fase generatif membutuhkan kalium dan fosfor.

Oleh karena itu, dibuat pupuk khusus seperti MKP dimana kandungan unsur haranya berupa kalium 34% dan fosfor sebanyak 52%. Jadi, petani akan mengetahui jenis pupuk yang dibutuhkan sebelum akhirnya membeli dan menggunakan pupuk MKP pada tanaman miliknya.

2. Kecepatan Cepat Lepas Terukur

Pupuk kimia yang dibuat sedemikian rupa memiliki kecepatan lepas yang telah terukur. Artinya, kemampuan atau waktu yang dibutuhkan oleh pupuk untuk bereaksi menjadi lebih cepat dan diketahui secara jelas. Kecepatan lepas pupuk dapat diketahui dari keterangan yang tertulis di kemasan.

Misalnya, pupuk urea yang memiliki kandungan nitrogen sebesar 46%. Dalam hal ini, kecepatan lepas atau fast release-nya menjadi lebih cepat. Alhasil, saat diaplikasikan kepada tanah yang ditumbuhi tanaman seperti padi, hanya membutuhkan beberapa hari untuk bereaksi.

Anda dapat melihat bahwa padi-padi tersebut menjadi lebih hijau dan subur. Jadi, petani dapat membeli pupuk dengan mempertimbangkan kecepatan lepasnya. Jika ingin pupuk yang bereaksi dengan cepat, maka pilihlah yang memiliki kandungan unsur yang tinggi, begitupun sebaliknya.

3. Pengaplikasian Lebih Mudah

Kelebihan pupuk anorganik adalah lebih mudah dan praktis untuk diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman. Misalnya, petani menanam sawah pada lahan dengan luas 1 hektar. Jumlah nitrogen yang dibutuhkan padi-padi tersebut sekitar 100 kg.

Setelah mengetahui bahwa kandungan nitrogen di pupuk Urea yaitu 46%, maka Anda dengan mudah untuk menghitungnya. 110 kg : 46% atau 110 kg : 0,46 = 217 kg. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan nitrogen padi yang ada di sawah tersebut, Anda harus menyediakan pupuk Urea sebanyak 217 kg.

Dengan demikian, petani tidak akan bingung memperkirakan apakah pupuk yang dibeli sudah cukup atau tidak. Pupuk anorganik memudahkan Anda untuk melakukan perhitungan sehingga tanaman tidak akan kekurangan nutrisi yang berpotensi menyebabkan hasil panen tidak maksimal.

4. Cara Pengaplikasian Banyak

Sebagian besar pupuk anorganik yang diproduksi pabrik dapat diaplikasikan dengan berbagai macam cara. Misalnya, pupuk MKP, Kalium Sulfat, Phonska Plus, Kalsium Nitrat, KNO3, dan lain sebagainya memiliki sifat yang mudah larut di dalam air.

Oleh karena itu, Anda dapat mengaplikasikan ke tanaman dengan cara ditabur secara langsung, disemprot, dikocor, maupun fertigasi (fertilizer irrigation). Fertigasi merupakan metode pemupukan dimana pupuk dilarutkan ke dalam air dengan sistem irigasi.

Metode tersebut biasanya digunakan oleh petani hidroponik agar lebih mudah dan cepat. Dengan banyaknya pilihan aplikasi pupuk, Anda juga akan lebih mudah menyesuaikan dengan media tanam. Misalnya, jika tanaman masih kecil dan berada dalam pot, maka lebih efektif jika disemprot.

5. Jumlah Pupuk Banyak

Setiap pabrik, akan memproduksi pupuk dalam jumlah yang banyak untuk memenuhi permintaan para konsumen. Artinya, menggunakan pupuk anorganik tidak perlu khawatir kehabisan karena akan selalu tersedia di pasaran dengan berbagai pilihan kemasan maupun jenisnya.

Berbeda dengan pupuk organik yang bergantung pada bahan-bahan alami. Jika bahan sedang sedikit, maka pembuatan dan produksi pupuk juga menjadi terbatas. Meskipun demikian, untuk mendapatkan pupuk anorganik petani harus siap untuk mengeluarkan biaya.

Kekurangan Pupuk Anorganik

Kekurangan Pupuk Anorganik

Selain keunggulan, pupuk kimia atau anorganik juga memiliki beberapa kekurangan, baik untuk tanaman, petani, maupun lingkungan. Nah, adapun beberapa kekurangan yang dimiliki oleh pupuk anorganik adalah sebagai berikut.

1. Degradasi Lahan

Menggunakan pupuk organik secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan. Istilah degradasi lahan digunakan saat kualitas lahan pertanian terus mengalami penurunan, baik dari sifat fisik, biologi, maupun kimianya.

Misalnya, penurunan sifat fisik dapat dilihat pada lahan tidak gembur dan semakin keras. Sementara itu, penurunan sifat kimia dapat ketahui seiring berkurangnya Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan pH tanah. Sifat biologi yang berkurang dapat ditandai dengan penurunan jumlah mikroorganisme pengurai.

2. Boros

Meskipun kalkulasi penggunaan pupuk anorganik sudah jelas, namun jika pengaplikasiannya salah akan menyebabkan pemborosan. Misalnya, 1 hektar padi yang ada di sawah membutuhkan 217 kg nitrogen (seperti yang diperhitungkan sebelumnya).

Pengaplikasian pupuk dengan jumlah tersebut tidak dilakukan sekali, akan tetapi secara bertahap yakni 2-3 kali pemupukan. Oleh karena sifat pupuk Urea yang fast release (cepat lepas), maka pemberian pupuk 1 kali akan menyebabkan pupuk yang belum sempat terserap tanah menjadi hilang begitu saja.

3. Harga Mahal

Sesuai namanya, pupuk kimia atau anorganik dibuat menggunakan campuran bahan-bahan kimia yang harus dibeli dengan kisaran harga tertentu. Untuk membuat pupuk berkualitas bagus, tentu membutuhkan bahan-bahan yang berkualitas. Alhasil, harga jual pupuk anorganik menjadi mahal.

Baca Juga: Cara Pemupukan Padi Sertani yang Tepat (Panen Melimpah)

Kesimpulan

Pupuk kimia atau pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari berbagai campuran bahan kimia. dan diproduksi oleh pabrik. Keunggulan pupuk ini adalah praktis, cara pengaplikasian banyak, dan unsur hara jelas. Namun, kekurangannya adalah harganya mahal dan menyebabkan degradasi lahan.

Bagikan: